Palu – Andi Nur Bangsawan Lamakarate, yang akrab di telinga kita Anca Lamakarate, dengan sang Ibunda tidak terpisahkan. Dalam beberapa momen resmi, mantan Ketua IMI Sulteng ini memperkenalkan sang malaikat tak bersayap yang bernama Andi Ening Djanggola.
Bagi mantan pembalap era 90an ini, kesuksesannya tidak lepas dari peran dan restu sang Bunda. Baik dunia balapan maupun usaha. Soal dunia balap, Anca menceritakan, ia sebenarnya dilarang balapan. Namun jiwa mudahnya berontak. Raungan knalpot motor dan sorakan penonton terus mengiang di telinganya. Prestise dan kepuasan berdiri di podium juara, memacu adrenaline untuk tancap gas lagi.
Era 90-an di bumi Tadulako, siapa yang tidak mengenal Anca. Dari lembah Palu, Parigi Moutong, Luwuk hingga sampai ke Makassar. Beberapa trofi masa lalu, masih terpajang rapi di rumahnya di Kampung Lere, sebagai bukti darahnya masih tersisa-sisa oli motornya.
Anca tersenyum mengenang masa mudanya. Ia berujar, kalau trofinya itu adalah restu sang bunda. “Tidak mungkin saya dapat juara jika tidak ada restu sang bunda,” kata Anca yang sekarang menjabat Wakil Ketua Umum KONI Sulteng.
Karena “kepala bantunya”, sang Bunda telah familiar dengan kehidupan Anca. Sampai selepas balapan, dan saat menahkodai IMI Sulteng, Anca mengajak bundanya ke event pembukaan balap motor, memperkenalkan malaikat tak bersayap. Anak kecilnya sekarang menjadi “orang” berkat restu dari sang Bunda.
Bahkan dunia balapan tidak lepas dari sang Bunda. Selepas Anca, ada penerusnya dari Anca, Anggi Setiawan, cucu dari Andi Ening yang kini membalap di Asian Road Race Championship (ARRC) membawa bendera Tim AKAI Jaya Yamaha. (*)